Salah satu syubhat yang beredar dan populer belakangan ini adalah bahwa bumi itu datar, bukan bulat. Apakah ada dalil bahwa bumi itu bulat? Jawabannya, banyak, bukan hanya ada.
Pertama, bumi itu bulat sudah ijma’ sejak abad 4 H. Kalau sudah ada ijma’, harus diikuti. Hal ini karena Allah berfirman, “Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahannam.” (An-Nisa’: 115).
Ayat ini dijadikan oleh Imam Syafi’i, bahwa ijma’ itu hujjah. Kesepakatan ulama kaum muslimin dalam suatu masa itu adalah hujjah; dalil bahwasanya apa yang mereka sepakati itu benar, sedangkan orang-orang yang tidak sepakat dengan mereka itu tersesat.
Lantas, dalil dari Al-Qurannya mana? Allah dalam banyak ayat menyifati bumi ini sebagai sesuatu yang dihamparkan.
Dalam Surah An-Naba’ ayat ke-6, Allah berfirman, “Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan?”
Al-Ardha (Bumi) itu adalah isim jins. Bumi yang dimaksud di sini, bumi daratan dan lautan? Atau hanya daratan? Bumi yang dimaksud meliputi daratan dan lautan. Jadi, di titik mana pun kita berada di bumi, kita harus bisa melihat bumi itu sebagai sesuatu yang terhampar.
Mungkinkah bentuk bumi bulat? Jikalau datar, bagaimana datarnya? Apabila datar seperti piring atau kotak, ketika berada di ujungnya, seharusnya bumi itu habis, tidak terlihat apa-apa lagi. Namun, Allah berfirman bahwa bumi ini dijadikan hamparan. Oleh sebab itu, di mana pun kita berada, bumi itu mesti tampak sebagai hamparan karena Allah bukan berfirman Kota Madinah atau Kota Makkah atau kota tertentu sebagai hamparan, melainkan seluruh bumi sebagai hamparan.
Ayat lainnya juga mengatakan bahwa bumi itu adalah sesuatu yang digelar (firosya) atau bisathoh, yang memiliki makna mirip, yaitu yang digelar juga.Konsekuensinya, dari mana pun dia dilihat, maka harus terlihat terhampar. Mau tidak mau, bentuknya harus globe, baik itu ada lonjongnya maupun yang jelas tidak datar atau ceper, seperti meja atau piring.
Jadi, sekarang bagaimana, kok, bisa keliatan datar? Mudah, karena jarak pandang manusia itu relatif sangat terbatas dan pendek dibandingkan keliling bumi. Manusia hanya bisa melihat sampai jarak berapa km? 10 km saja tidak sampai. Karena itu, bila 10 km itu dibandingkan keliling bumi, itu tidak ada artinya.
Permisalannya, kita buat lingkaran yang kelilingnya sekitar 40.000 km, kemudian kita potong 10 km dari 40.000 tersebut, maka akan kelihatan lurus, nggak kelihatan melengkung sama sekali. Walaupun hakikatnya dia ada lengkungan, kecil sekali. Hal ini karena terbatasnya jarak pandang manusia. Dan, karena manusia melihat dari atas bumi, yang terlihat bumi itu terhampar.
Maka, tidak ada kontradiksi sama sekali, bumi itu bulat, tapi pada saat yang sama juga ia terhampar. Bukan flat atau datar sebagaimana konsep yang flater earth katakan.
Ditranskrip dari ceramah Ustaz Dr. Sofyan Baswedan, M.A.
Sumber: https://youtu.be/bEeggAyEQOw
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana