Misi pertama Uni Emirat Arab (UEA) ke Mars telah mencapai planet berwarna kemerahan tersebut dan dilaporkan sudah memasuki orbit. Misi tersebut akan memberikan kesempatan bagi negara Uni Emirat Arab untuk mulai mempelajari dan mengirim data tentang atmosfer dan iklim di planet Mars.
Program misi ke Mars ini adalah bagian dari upaya Uni Emirat Arab untuk mengembangkan kemampuan ilmiah dan teknologinya serta mengurangi ketergantungannya pada minyak.
Badan Antariksa UEA, yang menjadi badan antariksa kelima di dunia yang sudah mencapai Mars, bahkan memiliki rencana untuk memulai pemukiman di Planet Mars pada tahun 2117.
“Kontak dengan #HopeProbe telah terjalin lagi. Penempatan Orbit Mars sekarang selesai,” lapor Pusat Luar Angkasa Mohammed Bin Rashid, tempat penguasa Dubai dan putra mahkota Abu Dhabi ikut hadir mendengar berita tersebut.
Peluang gagal misi tersebut sebenarnya adalah 50 persen, kata Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Wakil Presiden Uni Emirat Arab yang juga penguasa Dubai.
Untuk memasuki orbit Mars, pesawat luar angkasa Uni Emirat Arab perlu membakar sekitar setengah 800 kilogram bahan bakar agar kecepatannya melambat tanpa melampaui batas, yang juga jadi bagian paling berbahaya sepanjang misi tersebut.
“Hari ini adalah awal dari babak baru sejarah Arab … kepercayaan pada kemampuan kami untuk bersaing dengan negara dan orang lain,” demikian unggahan Sheikh Mohammed di akun Twitternya, setelah misinya memasuki orbit.
Pesawat luar angkasa Mars yang diluncurkan oleh China dan NASA, setelah lepas landas pesawat luar angkasa milik Uni Emirat Arab bulan Juli lalu, juga akan mencapai planet Mars bulan Februari ini.
Suasana di Planet Mars
Proyek bernama “The Emirates Mars Mission” ini menelan biaya lebih dari Rp2,6 triliun dengan meluncurkan pesawat luar angkasa tanpa awak “Hope Probe” dari pusat luar angkasa Jepang.
Peluncuran ini bertujuan untuk memberikan gambaran lengkap tentang kondisi Mars untuk pertama kalinya dan untuk mempelajari perubahan musim serta perubahan sehari-hari di sana.
Menteri Negara urusan Teknologi Tinggi dan ketua Badan Antariksa Uni Emirat Arab, Sarah al-Amiri, mengatakan perlu beberapa minggu untuk mulai mengumpulkan gabungan data dan gambar, yang akan mulai tersedia untuk khalayak umum pada awal September.
Uni Emirat Arab pertama kali mengumumkan rencana misi tersebut pada 2014 dan meluncurkan Program Luar Angkasa Nasional pada 2017 untuk mengembangkan keahlian lokal.
Dengan penduduknya yang berjumlah 9,4 juta orang, kebanyakan pekerja asing, Uni Emirat Arab tidak memiliki dasar keilmuan dan industri seperti negara-negara besar penjelajah luar angkasa.
Hazza al-Mansouri menjadi orang Emirat Arab pertama yang terbang ke luar angkasa pada 2019 ketika dia terbang ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Untuk mengembangkan dan membangun pesawat luar angkasa “Hope Probe”, Pusat Luar Angkasa Emiratis dan Mohammed Bin Rashid (MBRSC) di Dubai bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan sains Amerika Serikat.
Sumber: Republika.co.id