Pada tahun 1972, untuk pertama kalinya, Kitab Tauhid Syekh Muhammad bin Abdul Wahab menembus kurikulum pendidikan rohani Kodam Brawijaya, Jawa Timur. Kitab itu diajarkan bagi anggota TNI Angkatan Darat yang beragama Islam. Kiai Dja`far Soedjarwo yang mengajarkannya.
Dja`far Soedjarwo adalah seorang ulama Muhammadiyah asal Malang. Sebuah gedung pendidikan saat ini berdiri kukuh dengan nama Dja`far Soedjarwo di sana, di Pondok Pesantren Al-Munawwaroh, Kedungkandang.
Bagaimana ceritanya hingga Daj`far Soedjarwo (akrab disapa Kiai Djarwoe) bisa mengajar salah satu karya cukup berpengaruh itu bagi para anggota TNI AD di sana? Tahun 1962, Soedjarwo yang memiliki latar keilmuan dan aktivisme Islam yang serius dan panjang, mengambil satu keputusan yang mungkin tak linier dalam hidupnya; dia mendaftar diri dan diterima menjadi anggota TNI AD.
Pada saatnya, ia kemudian ditugaskan di bagian Bintal (Bimbingan Islam dan Mental), di Kodam Brawijaya. Kesempatan mengampu kelas pendidikan rohani Islam setiap hari Kamis digunakannya untuk mengajar Kitab Tauhid itu, yang lebih dahulu ia terjemahkan secara bertahap; topik demi topik setiap kali pertemuan.
Dan Soedjarwo sungguh-sungguh mengajarkannya; secara konsisten kitab itu diajarkan lembar demi lembar sampai, kurang lebih dua tahun lamanya, kitab yang tertata atas 66 bab itu khatam.
Selesainya pengajaran tersebut berarti selesai pula terjemahan kitab itu secara menyeluruh. Dan cerita antara Kitab Tauhid dan Soedjarwo dan Kodam Brawijaya nyatanya tidak sampai sebatas itu.
Terjemahan Kitab Tauhid yang dikerjakan oleh Soedjarwo itu ternyata memikat Letnan Kolonel Abdul Moechid. Saat itu, dia adalah Kepala Rawatan Rohani Islam Kodam Brawijaya. Dia lalu menugaskan delapan orang Imam Militer Kodam Brawijaya untuk mengoreksi dan memperbaiki redaksi hasil terjemahan Soedjarwo agar layak naik cetak. Maka dari itu, satu Kitab Tauhid utuh berbahasa Indonesia kemudian lahir.
Lebih lanjut, kitab itu—yang isinya dari awal sampai akhir hanyalah cuplikan ayat Al-Qur’an dan hadis serta atsar yang ditata dan dibubuhi faedah—diberi nama Indonesia dengan Bersihkan Tauhid Anda dari Noda Syirik, yang kemudian diberi pengantar oleh K.H. Bey Arifin, dai terkemuka yang juga merupakan imam tentara di Kodam Brawijaya. PT Bina Ilmu menerbitkannya kali pertama pada 1976.
Saat ini, ada banyak versi terjemahan dan terbitan Indonesia dari Kitab Tauhid itu yang menyebar luas, beberapa dilengkapi dengan syarah atau uraian. Dan di luar sana, trennya juga serupa. Dalam berbagai bahasa dan versi, kitab ini diterjemahkan dan diterbitkan untuk menjadi “diktat-diktat” resmi berbagai institusi pendidikan ataupun panduan ketauhidan bagi kaum muslim umumnya.
Dan ternyata, di Nusantara, Kodam Brawijaya termasuk salaf (pendahulu) atau pelopor yang punya urusan dalam penerbitannya.
Penulis: Nauval Pally Taran
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana
Referensi:
- Ketuhanan yang Maha Esa Menurut Islam
- tabloidmatahati.com