Kehidupan orang-orang jahiliyah sebelum diutus rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kehidupan yang kelam, kehidupan yang jauh dari norma-norma kehidupan yang luhur. Kehidupan, di mana jangankan untuk memuliakan sesama manusia, Allah yang menciptakan mereka saja tidak mereka muliakan.
Di sana yang kaya menindas yang miskin, yang kuat menindas yang lemah. Bahkan, mereka mengubur wanita-wanita, anak-anak perempuan; mereka mengubur bayi-bayi dari kalangan wanita. Namun, subhanallah, ketika Allah mengutus rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, awal surat yang Allah turunkan adalah surat al-`alaq:
اقرأ بسم ربك الذي خلق
“Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.” Apa pelajaran yang bisa kita petik? Bahwa kegelapan, kesuraman, kekacauan, kejelekan akhlak kepada Allah dan rasul-Nya, itu semua selesai dengan pendekatan ilmu pengetahuan: membaca!
Dan inilah metode awal dakwah nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga dengan ilmu tersebut berubahlah kehidupan kota Makkah, bahkan kehidupan dunia secara umum, dengan ilmu pengetahuan.
Dengan itu, manusia mengetahui bagaimana cara dia beradab dan berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Bahkan kepada hewan sekalipun. Ya, Islam juga sangat menjaga kehidupan makhluk berkaki empat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam sebuah hadis:
وإذا ذبحثم فأسنوا الذبحة، واليحد أحدكم شفرثه وليريح ذبيحثه
“Apabila kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik dan tajamkanlah pisau-pisau kalian.”
Ketika seseorang menikmati hewan—daging yang dibenarkan oleh Allah untuk dikonsumsi—maka disembelih dengan cara yang baik, dengan cara yang dapat mengurangi rasa sakit binatang tersebut.
Oleh karena itu, pengetahuan yang memancarkan rahmat dari risalah Islam, dapat membentuk peradaban mulia bagi manusia.
Maka, tidaklah berbagai permasalahan pelik yang kerap kita hadapi, yang hari ini turut menguras energi pemerintah di negeri kaum muslimin, seperti hoaks dan beraneka ragam permasalahan lainnya yang meliputi masalah pemerintahan secara khusus atau masyarakat secara umum, teruslah terjadi karena memang jauhnya manusia dari ilmu itu sendiri; kurangnya referensi, kurangnya bacaan.
Saya sebutkan satu contoh. Bagaimana misalnya, para ahli dan pemerintah yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan informasi kepada masyarakat akan bahayanya penyebaran virus Covid-19, tetapi toh kita mendapatkan, tidak sedikit dari manusia atau bahkan kaum yang disebut intelektual, mereka menganggap ini adalah berita hoaks.
Coba mereka membaca sesaat saja, coba ia membaca beberapa lembaran saja, dari hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pengabaran dari nabi tentang adanya wabah. Misalnya, sabda Nabi bahwa “Akan datang kepada manusia ketika ia berbuat dosa dan maksiat, wabah yang Allah belum pernah menurunkannya sebelumnya.” Dan juga anjuran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika terjadi wabah di sebuah negeri, maka kita dilarang ke negeri tersebut dan janganlah orang yang terkena wabah keluar dari negeri tersebut.
Ini adalah pengabaran-pengabaran yang datang dari nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang secara jelas dan gamblang menegaskan bahwa adanya wabah adalah nyata. Jadi, apa yang menghalangi kita untuk menolak atau menganggap hoaks sesuatu yang terjadi pada hari ini. Inilah bahayanya ketika kita jauh dari bacaan yang baik atau kurangnya literasi.
Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti yang sudah kita sebutkan di awal, berbagai permasalahan yang terjadi di Makkah pada waktu itu, ternyata solusi pertama yang datang dari Allah adalah agar kita membaca, yang itu merupakan sumber ilmu. Dan solusi itu bukan hanya untuk permasalahan yang terjadi ketika wahyu itu turun, tetapi apa saja permasalahan yang terjadi di tengah umat, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak kita untuk belajar, mengajak kita untuk membaca, mengajak kita untuk mencari referensi yang sahih dalam segala sesuatunya. Rasulullah shalllallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan di dalam hadisnya;
لا ينزع عنها حثى ثراجع إللى دينكم
“Tidak akan dicabut dari kalian semua itu—permasalahan-permasalahan di antara kalian—sampai kalian kembali kepada agama kalian.”
Apa itu kembali kepada agama? Kembali untuk membaca, kembali membaca Al-Qur`an, mentadabburinya. Kembali untuk membaca hadis, mentadabburi hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena di dalamnya banyak petunjuk yang akan didapatkan oleh manusia.
Oleh karena itu, segala permasalahan yang terjadi di tengah umat hari ini, apakah itu buruknya akhlak kepada Allah, ataukah buruknya akhlak kepada manusia dan lingkungannya, maka tidak ada solusi di dalam Islam, kecuali dengan mendalami ilmu, di antaranya dengan kita perbanyak membaca.
Wallahualam bissawab.
Penulis: Harits Abu Naufal
Editor: Nauval Pally Taran