Betapa enaknya ikan keurling sudah menjadi rahasia umum. Ikan air tawar yang hidup di arus deras ini punya nama khas yang berbeda di masing-masing daerah. Ikan ini cukup enak disantap karena rasanya yang sangat gurih dan tekstur dagingnya yang lembut.
Konon, di Aceh sendiri, dahulu gulai ikan ini adalah salah satu santapan favorit para raja. Dan sekarang, kita sendiri tetap bisa menikmati gulai ikan ini di berbagai rumah makan yang menyediakannya, juga sebagai “raja”, sebagai pembeli—pembeli adalah raja.
Namun, hanya warung-warung dan daerah tertentu saja gulai ikan ini tersedia, karena memang ia tak hidup di sembarang tempat. Karena keberadaannya yang terbilang langka dan rasanya yang memang juara, ikan ini dipatok dengan harga yang tak biasa, bisa mencapai 200 ribu perkilonya.
Masyarakat Aceh sendiri umumnya mengolah keurling menjadi olahan berkuah sejenis gulai yang merupakan salah satu kuliner khas Aceh papan atas: asam keueng.
Cara memasak Asam Kèueng ini sebenarnya tidak begitu sulit, tetapi cita rasanya akan sangat bergantung pada takaran bumbu dan kelihaian serta pengalaman meraciknya. Selain itu, masing-masing daerah di Aceh punya cita rasa asam keueng yang berbeda, ada beberapa ikhtilafiyah antar daerah soal prosedur mengolah asam kèueng ini.
Akan tetapi, atas nama asam kèueng èungkôt keurling, saya yakin, ia tetap akan memanjakan lidah siapa pun yang menyantapnya. Di Aceh sendiri, wilayah Tangse (Aceh Pidie) cukup terkenal dengan asam kèueng èungkôt keurling.
asam kèueng eungkôt keurling juga dapat ditemui di sepanjang jalan lintas Pidie-Aceh Barat. Atau, dalam bentang jalan dari perbatasan Aceh Besar dan Aceh Jaya yang menyambung ke Aceh Barat dan seterusnya, gulai ikan ini juga masih bisa ditemukan. Namun, perbedaan tempat, kerap kali menentukan perbedaan kualitas rasanya.
Penulis: Misbahul
Editor: Nauval Pally Taran