Dewasa ini, perangkat elektronik sudah berkembang dan tersebar dengan luas dan cepat, di antaranya adalah perangkat komputer, laptop, ataupun sejenisnya. Dengan adanya perangkat tersebut, hampir semua pekerjaan bisa dikerjakan dengan mudah, seperti surat-menyurat, tugas, presentasi, mengedit video, mendesain, dan tentu saja masih banyak lagi. Untuk melakukan semua pekerjaan itu, kita memerlukan suatu perangkat lunak berbasis aplikasi tertentu atau biasa disebut software.
Dalam perkembangannya, software menjadi makin beragam, mulai fitur-fiturnya, cara pemakaiannya, sampai dengan biayanya. Ada software yang memberikan semua fitur aplikasinya dengan gratis (open source), ada yang memberikan sebagian fiturnya dengan gratis (semi–open source), dan ada juga yang memberikan fitur aplikasinya hanya dengan membayar sekian rupiah (premium/closed source).
Aplikasi premium adalah aplikasi yang hanya bisa kita gunakan bilamana kita telah membayarkan sejumlah uang. Namun, dengan pesatnya ilmu pengetahuan tentang komputer, aplikasi berbayar pun bisa dibuat menjadi gratis alias dibajak. Aplikasi bajakan begitu banyak tersebar di media internet, dari yang sejatinya berharga ratusan ribu rupiah hingga yang berharga jutaan rupiah. Selain itu, aplikasi tersebut cukup banyak diminati orang-orang karena “gratis”.
Akan tetapi, apa sejatinya tujuan kita menggunakan program “bajakan” itu? Apakah kita benar-benar memerlukannya sampai kita harus menggunakan program bajakan tersebut? Dan bilamana kita menggunakan sesuatu yang seharusnya berbayar secara gratis, apa yang membuat kita berbeda dengan pencuri? Yang mana mereka menggunakan sesuatu yang bukan hak mereka alias tanpa perlu membeli.
Kalau kita melihat kembali kepada kebutuhan kita sehari-hari, mungkin yang kita butuhkan dari aplikasi-aplikasi tersebut adalah program untuk mengetik, layaknya Word yang dimiliki oleh perusahaan Microsoft atau aplikasi edit foto dan edit video, sebagaimana Adobe Photoshop yang dimiliki oleh perusahaan Adobe. Ternyata, aplikasi-aplikasi tersebut adalah aplikasi berbayar, wah, lantas yang kita gunakan selama ini bagaimana? Ada kemungkinan bajakan dan ada kemungkinan bukan bajakan. Untuk mengetahuinya, ada begitu banyak artikel di internet yang membahas hal tersebut.
Lantas, ketika kita mengetahui suatu aplikasi itu bajakan, mungkin akan banyak yang beralasan, bagaimana dengan tugas-tugas, e-mail, desain, dan lain-lain. Tentu saja ada caranya karena masih ada jenis aplikasi lainnya, yaitu aplikasi yang berbasis open source. Dan tentu saja, yang namanya gratisan tidak sama dengan yang berbayar. Aplikasi gratis memiliki beberapa kekurangan, seperti kurang fiturnya dan tidak begitu user friendly. Oleh karena itu, rasanya pantas jika aplikasi-aplikasi bajakan yang banyak beredar dewasa ini, sejatinya memiliki harga yang tak dapat dibilang murah.
Bagaimana tidak? Microsoft Office sebagai contohnya, untuk mendapatkan satu paket berisi tiga aplikasi office dari Microsoft ini, setidaknya bernilai 1.800.000 rupiah. Mahal, ya? Dengan semua fitur yang mereka sediakan, kelihatannya itu harga yang sangat wajar, mengingat kita mungkin menggunakannya hampir setiap hari. Nah, itu hanya satu contoh dari begitu banyak aplikasi-aplikasi bajakan yang banyak beredar.
Lantas, bagaimana solusinya? Seperti sebelumnya, ada aplikasi berbasis open source. Untuk office dari Microsoft, kita bisa menggunakan aplikasi alternatif, seperti Libre Office yang fiturnya kurang lebih sama dengan Microsoft Office, Namun, tentu saja fiturnya lebih sedikit. Ada juga WPS Office yang baru-baru ini sedang naik daun. Masih banyak lagi alternatif lainnya, baik itu office untuk keperluan kita sehari-hari, maupun untuk keperluan mendesain dan mengedit foto. Hampir semua aplikasi berbayar, pasti memiliki alternatif yang gratis. Akhirnya, kembali pada kita, mau sampai kapan bajakan terus?
Penulis: Arif Rinaldi
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana
Sumber: Tulisan ini telah dimuat di majalah Warta USK edisi Desember 2018