Tidak ada yang seperti Al-Qur’an.
Berbeda dengan sastra buatan manusia.
Berbeda dengan lirik puisi.
Berbeda dengan prosa naratif.
Berbeda dengan karya tulis ilmiah.
Berbeda dengan puisi epik.
Berbeda dengan fiksi ringkas.
Berbeda dengan kronik sejarah.
Berbeda dengan memoar autobiografi.
Berbeda dengan bukti matematis.
Berbeda dengan risalah filosofis.
Berbeda dengan bentuk apa pun dari tulisan manusia, namun sangat menggambarkan kondisi manusia, kedalaman pengalaman manusia, pikiran dan jiwa, tragedi, dan keunggulan umat manusia di tengah alam semesta yang luas. Bagaimana bisa sesuatu yang sama sekali bukan manusia, di satu sisi, namun sangat memahami perihal manusia, di sisi lain?
Ini, dengan sendirinya, adalah keajaiban yang nyata. Sebuah tanda dari Zat yang menurunkannya, Pencipta kamu dan aku.
Dan, ini adalah keajaiban yang dapat dirasakan oleh semua orang, bukan hanya mereka yang dapat memahami bahasa Arab Al-Qur’an yang sangat fasih. Bahkan, melalui terjemahan yang tidak sempurna, keajaiban ini sejelas siang hari.
“Alif Lam Mim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Surah Al-Baqarah: 1–2)
Penulis: Daniel Haqiqatjou
Penerjemah: Muhajir Julizar
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana
Sumber: Muslim Skeptic