Ini adalah alam. Ingat aku? Akulah yang menggendongmu dan melindungimu selama sembilan bulan dalam rahim cinta manusia yang kau kenal sebagai ibu. Aku merawatmu dengan senang hati, aku memberimu makan sepanjang hari, aku memastikanmu merasa nyaman dan aku mengantarmu ke dunia ini, dengan layanan ruang 24 jam.
Begitu engkau lahir, aku menawarkanmu buah-buahan yang bergizi dari bumiku, air tawar segar, keindahan, kekayaan sebuah planet dan kehidupan magisnya yang menopangmu dan memenuhi hatimu. Hari ini, engkau membaca kata-kataku karena aku ingin mengingatkanmu tentang ikatan yang kita miliki; cerita tentang alam, kehidupan, dan kemanusiaan.
Engkau telah mendengar dariku sebelumnya. Mungkin engkau ingat pada tahun 2006, ketika aku memperingatkan konsekuensi dramatis dari perubahan iklim dan menipisnya sumber daya alam dalam “Panggilan terakhir alam?” Atau mungkin engkau ingat inventarisasi terperinci dan mengerikan yang aku gambarkan pada tahun 2010 tentang kelebihan populasi, ketahanan pangan dan air, serta perubahan iklim dalam “Ketegangan manusia yang tidak berkelanjutan di planet kita?” Aku berbicara kepadamu tentang penangkapan ikan yang berlebihan dan kepedulian terhadap kaum miskin di “Laut tua dan manusia,” dan aku mengulangi panggilan mendesakku kepadamu pada tahun 2017 di “Alam memanggilmu,” memberitahumu, anak-anakku, bahwa sudah waktunya bagimu untuk mengendalikan keserakahanmu dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang telah aku tawarkan dengan murah hati kepadamu, membuat seluruh planet menderita karenanya. Jelas, aku tidak didengar.
Aku tentu saja mendengar engkau berbicara tentangku di Glasgow beberapa minggu lalu. Selalu menggembirakan melihat beberapa orang memperhatikan dan mencoba melakukan hal yang baik, tetapi aku khawatir kamu hanya memperburuk situasi antara aku dan kau melalui pembicaraan itu, yang tidak mengarah pada keputusan signifikan apa pun yang sesuai dengan urgensi dari kerusakan yang engkau hadapi. Mungkin delegasimu di konferensi ini harus keluar untuk menghirup udara, mencari air, dan menyaksikan ekosistem yang engkau hancurkan. Bukan hanya dirimu sendiri, tetapi semua makhluk hidup lain di planet ini yang engkau bahayakan. Sebagai alam, pada akhirnya aku akan pulih, tetapi engkau dan semua anakku yang engkau sandera di planet ini mungkin tidak.
Aku akan memberimu sejumlah angka dan statistik yang merinci tentang kehancuran yang disebabkan oleh manusia terhadap planet ini. Terlalu sering, aku melihat kau melirik mereka dan kemudian bertindak seolah-olah mereka hanya ada di alam semesta lain. Akan tetapi, lihatlah malapetaka yang ditimbulkan oleh manusia dan perubahan iklim; lapisan es yang indah di planetmu mencair, lautan yang dahulu kaya berubah menjadi kehampaan abu-abu, tidak adanya air bersih dan lahan subur untuk menopang semua anak-anakku, dan hilangnya puluhan spesies dari keragaman indah planet ini setiap hari. Dengan mempersempit habitat alam, engkau telah melipatgandakan sirkulasi virus mematikan dari hewan hingga ke manusia.
Dengan mengabaikan gas berbahaya yang dikeluarkan oleh industri populasimu, engkau juga telah membawa banjir yang ekstrem, kebakaran yang mengerikan, gelombang panas, dan angin topan untuk dirimu sendiri. Kapan engkau akan bertindak dan menghentikan ini? Hanya ketika engkau telah melenyapkan semua kehidupan, termasuk dirimu sendiri, dari planet ini?
Ketika delegasi dari Glasgow pulang dengan tangan hampa, aku heran melihat betapa cepatnya engkau mencoba membuat lebih banyak masalah bagi dirimu sendiri. Di sini sebuah negara menepuk dadanya karena rudal supersonik baru, sementara di sana sebuah negara lainnya mengerahkan pasukannya ke perbatasan tetangga, dan di tempat lain sebuah aliansi baru mengatur agar negara adidaya dan sekutu melawan satu sama lain di medan perang.
Ada perasaan gundah tentang malapetaka yang akan datang dan kembalinya ke masa-masa perang panas dan perang dingin. Apakah engkau buta terhadap perang dan agresi antara sesama manusia seperti halnya engkau buta terhadap lingkungan dan penderitaan spesies lain? Bangunlah para anak lak-laki; untuk anak perempuan-perempuanku, yang telah memberi kehidupan, memahami jauh lebih baik kekuatan kepedulian dan rasa sakit kehilangan. Air mata seorang ibu tidak pernah berhenti mengalir setelah kehilangan.
Aku, dengan kekuatan Allah, memberimu kehidupan di planet ini, dengan keindahan dan kekayaannya yang luar biasa karena aku peduli padamu. Namun aku lelah, aku terkuras, aku tak berdaya setelah apa yang telah engkau lakukan terhadapku dan planetmu.
Aku masih menyimpan harapan akan perubahan umat manusia; aku telah melihat engkau mencapai puncak kemurahan hati, perasaan, dan kreativitas yang begitu tinggi. Ada begitu banyak kebaikan dan keindahan di planet ini dan di dalam diri manusia itu sendiri. Akan sangat menyedihkan melihat semuanya sia-sia. Aku ingin engkau bersatu dan berjuang untuk ini, untuk memperjuangkan alammu, yang memberikanmu hidup.
Aku berbicara kepadamu hari ini karena aku membutuhkanmu semua untuk menghadapi tantangan itu bersama-sama. Tiap-tiap engkau harus menjadi peserta dalam menyelamatkan umat manusia dan planetmu karena tidak ada yang lebih layak diperjuangkan selain alammu.
Penulis: Hassan bin Youssef Yassin
Ia bekerja dengan dua Menteri Perminyakan Saudi, Abdullah Tariki dan Ahmed Zaki Yamani dari 1959 hingga 1967. Selain itu, dia mengepalai Kantor Informasi Saudi di Washington sejak 1972 hingga 1981 dan bertugas bersama delegasi pengamat Liga Arab untuk PBB mulai 1981 sampai dengan 1983.
Penerjemah: Muhajir Julizar
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana
Sumber: Arab News