SAHIH.CO – Ridwan Kamil adalah arsitek Museum Tsunami Aceh yang resmi berdiri pada 26 Desember 2009. Ridwan Kamil yang kini menjadi Gubernur Jawa Barat berkunjung ke museum tersebut pada Sabtu, 25 Desember 2021, untuk memperingati 17 tahun bencana tsunami Aceh.
Pada kesempatan itu, Kang Emil (begitu Ridwan Kamil biasa disapa) mengingatkan kembali fungsi utama bangunan Museum Tsunami Aceh. Bangunan tersebut bukan sekadar merekam peristiwa bencana alam yang begitu dahsyat pada masa itu, namun juga bermanfaat untuk evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
“Jangan lupa fungsi utama gedung ini (Museum Tsunami Aceh) untuk penyelamatan,” kata Ridwan Kamil di Banda Aceh. Beberapa unsur penyelamatan yang terdapat pada bangunan itu, menurut dia, antara lain atapnya yang terbuat dari beton supaya kokoh dan banyak tangga yang tersusun sampai ke belakang bangunan.
Ridwan Kamil mengatakan ribuan orang bisa berlindung pada bangunan museum itu apabila terjadi bencana. “Ini konsep bangunan yang responsif terhadap bencana,” ujarnya. Selain dua fitur evakuasi tersebut, Museum Tsunami Aceh juga memiliki ruang terbuka supaya pengunjung dapat memilih masuk ke dalam gedung atau di luar saja.
Pengelola Museum Tsunami Aceh, Ridwan Kamil melanjutkan, dapat menambahkan koleksi temporer, sehingga gedung tersebut juga menjadi ruang edukasi. Dan yang penting pula adalah merawatnya dengan baik, misalkan dengan pengecatan ulang dalam lima tahun sekali dan perbaikan secara berkala.
Sejak buka pada Oktober 2021, jumlah pengunjung Museum Tsunami Aceh hingga kini mencapai 15 ribu wisatawan. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Aceh, Mudha Farsyah mengatakan, pengunjung yang datang didominasi oleh wisatawan lokal, dan sekitar 10 persen di antaranya dari wilayah di luar Aceh.
Mudha menjelaskan, setiap wisatawan wajib mematuhi protokol kesehatan dan maksimal orang yang masuk sebanyak 300 pengunjung. “Pengunjung tidak boleh masuk secara serentak, maksimal 25 orang di setiap ruang pameran, dan dilarang berkerumun,” ujarnya.
Terdapat 6.038 koleksi di Museum Tsunami Aceh. Koleksi itu terdiri atas sepuluh jenis benda geologika, biologika, etnografika, arkelogika, historika, numismatika dan heraldika, filologika, keramonologika, seni rupa, dan teknologika. Tidak semua koleksi dipamerkan secara serentak.
Pengelola museum, menurut dia, merotasi koleksi setiap enam bulan. Dalam satu periode, terdapat 1.300 kaleksi yang dipamerkan dan tersebar di tiga titik, yakni ruang pameran tetap, rumah Aceh, dan pameran temporer. “Koleksi selebihnya terdapat di tempat penyimpanan,” ujarnya.
Sumber: Tempo