Proyek pengolahan mi Aceh dengan bahan baru dari mocaf terus digalakkan oleh Zubir Marzuki, founder Mocaf Cap Seulawah.
Pada Minggu (02/01/22), uji coba rasa dan edukasi mi ini kembali diadakan di warung Mie Aceh Abu Dzar, Banda Aceh. Kali ini, mi Aceh berbahan dasar mocaf itu bahkan ikut dicicipi oleh M. Nasir Djamil, anggota DPR RI fraksi PKS.
Menurut Zubir Marzuki, upaya pensubtisusian bahan ini akan berdampak tidak hanya pada aspek ekonomi dengan terciptanya kemandirian pangan lokal, tetapi sekaligus juga dapat menjadi solusi bagi mereka yang ingin tetap aman untuk menikmati mi Aceh, tanpa khawatir akan efek buruk karena adanya penyakit tertentu yang diidap, seperti asam lambung (gerd), celiac, alergi gandum atau autis. Hal itu karena karakter mocaf yang bebas gluten, berbeda sama sekali dengan terigu.
Dari aspek ekonomi, pensubstitusian ini akan membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar. Mulai dari dari hulu, yaitu petani, sampai ke hilir, para distributor.
Industri berbasis mocaf ini juga nyaris tanpa limbah. Sebab, kulit singkong tersebut dapat menjadi sumber pakan bagi ternak. Dari 100 ton kulit singkong yang sudah dikeringkan, dapat memenuhi kebutuhan pakan untuk sekitar 10.000 ekor sapi atau 100.000 ekor domba. Artinya, ada raihan manfaat lain yang dapat dicapai dalam industri pengolahan mocaf ini, yaitu dalam bidang peternakan.
Sejauh ini, permintaan mi mocaf di Banda Aceh berkisar sampai 100 kg per hari. Hanya saja, saat ini belum ada fasilitas produksi yang memadai untuk memproduksi mi sejumlah permintaan tersebut. Biasanya, Marzuki hanya memproduksi mi dengan mesin skala rumah tangga di kediamannya, untuk kemudian diuji coba kepada beberapa pihak. Mesin ini pula yang ia gunakan untuk mengedukasi sejumlah kalangan di beberapa kabupaten/kota di Aceh. Ukurannya yang kecil, memudahkannya untuk dibawa-bawa.
Ia juga mengatakan, bahwa harga mi Aceh berbahan mocaf memang relatif lebih mahal daripada yang berbahankan terigu—meski sebenarnya masih cukup terjangkau. Hanya saja, nilai jualnya di sini adalah mi sehat. Di mana mi mocaf ini bersifat rendah kalori, bebas gluten, dan mengandung prebiotik.
Di samping itu, pemerataan mi mocaf juga dapat menunjang pelaksanaan agenda Sustainable Development Goals (SDGs), yang di antara tujuannya adalah untuk mengentaskan kemiskinan, mengakhiri kelaparan, menunjang kesehatan dan kesejahteraan, serta pertumbuhan ekonomi.
Penulis: M. Haris Syahputra
Editor: Nauval Pally Taran