SAHIH.CO – Jumlah konsumsi telur per hari di Aceh menyentuh angka yang terbilang fantastis, yaitu dua juta butir. Artinya, dalam satu hari per orang mengonsumsi sekitar sepertiga telur, jika dibagi dengan jumlah penduduk yang berkisar di angka lima juta jiwa.
Namun ironisnya, sampai saat ini kapasitas produksi telur lokal masih jauh berjarak dari permintaan harian, yang hanya berkisar di angka 250 ribu butir telur ayam per hari. Selama ini, seperti kebanyakan produk pangan lainnya, pasokan telur untuk Aceh juga masih berasal dari Sumatera Utara (Medan), tetangga yang sampai sekarang masih berbaik hati memasok berbagai jenis pangan untuk Aceh.
Padahal, jika Aceh memiliki pabrik peternakan sendiri, akan banyak sekali masyarakat yang terberdaya. Lapangan kerja akan terbentang luas dan banyak penduduk Aceh yang akan lekang dari kemiskinan. Adanya pabrik-pabrik yang dimaksudkan untuk memproduksi kebutuhan telur di Aceh ini, juga akan berdampak pada bukaan berbagai industri pendukung lainnya, seperti pabrik pengolah pakan.
Zubir Marzuki, pemerhati pangan Aceh menyampaikan kepada sahih.co, untuk memenuhi kebutuhan ini, Aceh cukup memiliki 10 pabrik peternakan yang tersebar di beberapa titik dengan sistem terpadu. Dengan rincian, Aceh Tamiang, Langsa, dan Aceh Timur satu pabrik dengan kapasitas 300 ribu ekor ayam; Aceh Utara dan Lhokseumawe satu pabrik dengan kapasitas 200 ribu ekor ayam; Bireuen, Pidie Jaya, dan Pidie satu pabrik dengan kapasitas 300 ribu ekor ayam; dan Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang satu pabrik dengan kapasitas 300 ribu ekor ayam. Itu bukan satu sekenario yang sulit.
Adapun untuk wilayah pantai barat selatan, Aceh Jaya dan Aceh Barat satu pabrik dengan kapasitas 200 ribu ekor ayam serta Aceh Barat Daya, Nagan Raya, dan Aceh Selatan satu pabrik dengan kapasitas 200 ribu ekor ayam. Kemudian, Aceh Tengah dan Bener Meriah satu pabrik dengan kapasitas 200 ribu ekor ayam; Gayo Lues dan Aceh Tenggara satu pabrik dengan kapasitas 150 ribu ekor ayam; dan Aceh Singkil dan Simeulue satu pabrik dengan kapasitas 150 ribu ekor ayam.
Dengan adanya peternakan ini, selanjutnya tentu akan mengondisikan kita untuk memproduksi pakan ternak secara mandiri pula. Hal tersebut supaya produk akhir dari peternakan ini dapat ditekan murah atau setidaknya tidak lebih mahal dan dapat bersaing dengan telur dari Medan—sampai hari ini pakan ternak di Aceh juga masih dipasok dari kawasan tersebut.
Menurut data dan kalkulasi Zubir Marzuki, satu ekor ayam membutuhkan pakan 1,1 ons dalam satu hari. Artinya, kebutuhan pakan ayam per hari mencapai 220 ton dengan asumsi jumlah ayam di seluruh peternakan terpadu tersebut sekitar 2 juta ekor. Dari beragam pakan yang diberikan, setidaknya kita membutuhkan 60 ton jagung per hari dari total keseluruhan pakan 220 ton di atas. Yang jika dihitung dalam setahun, mencapai 21 ribu ton pakan jagung.
Hal ini tentu menuntut bukaan lahan jagung yang tidak sedikit luasnya. Jika satu hektare diasumsikan menghasilkan 5 ton dalam sekali panen, kita membutuhkan sekitar 4000 hektare lahan jagung untuk memenuhi pakan ayam saja. Ini baru untuk ayam petelur, belum untuk pakan ayam pedaging dan jagung untuk kebutuhan manusia di Aceh. Hanya saja, semua ini tidak akan terwujud tanpa niat dan dukungan kuat dari pihak otoritas.
Penulis: M. Haris Syahputra
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana