Kemajuan teknologi metaverse makin menjadi perbincangan publik belakangan ini. Di satu sisi, metaverse dianggap membawa keuntungan untuk lingkungan, karena mengurangi aktivitas perjalanan manusia. Metaverse sebagai kemutakhiran virtual akan mengurangi polusi dan pemanasan global
Mengutip Clean Technica, metaverse akan membantu menjalankan aktivitas minim polusi, karena dilakukan secara simulasi. Metaverse bahkan bisa digunakan untuk pelatihan pilot untuk menerbangkan pesawat tempur.
Di bidang politik dan bisnis, metaverse akan memudahkan manusia untuk mengadakan konferensi di dunia maya. Aktivitas virtual itu akan menghemat waktu dan biaya perjalanan. Adapun acara kesenian juga bisa melalui metaverse. Contoh nyatanya adalah ketika rapper Travis Scott menggelar konser dalam Fortnite yang dihadiri oleh 12,3 juta orang.
Walaupun metaverse meminimalkan intensitas perjalanan, tetapi, aktivitas virtual itu membutuhkan energi yang sangat besar. Di sisi lain, itu juga menimbulkan dampak lingkungan.
Laporan konsultan transformasi digital ECS yang berbasis di Inggris melakukan pelatihan terhadap satu model Artificial Intelligence (AI) yang membutuhkan sekitar 626.000 pon karbon dioksida. Angka ini lima kali lebih besar daripada karbon dioksida yang dihasilkan oleh mobil.
Penelitian lain dari Universitas Lancaster menjelaskan, jika 30 persen gamer beralih ke platform gim komputasi awan (cloud computing) pada 2030, maka akan menghasilkan kenaikan emisi karbon. Metaverse membutuhkan resolusi gambar tinggi, sehingga akan meningkatkan konsumsi penggunaan energi yang lebih besar.
Sumber: Tempo