SAHIH.CO, BANDA ACEH – Masalah lonjakan harga minyak goreng yang terjadi beberapa waktu lalu tak kunjung usai. Subsidi yang diberikan oleh pemerintah agaknya belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat seluruhnya.
Menurut penelusuran yang dilakukan reporter Sahih, minyak goreng subsidi hanya beredar dan masuk di swalayan dan toko yang memiliki NPWP atau terdaftar di pajak. Meski begitu, jumlah yang diedarkan cukup terbatas. Dalam satu bulan, pengedaran tertinggi hanya bertahan di angka dua kali per merek minyak goreng dalam jumlah yang relatif sedikit.
Menurut Agusri, pengelola Alaska Mart di Banda Aceh, kapasitas subsidi dari pemerintah masih jauh sekali dari nominal kebutuhan masyarakat. Ditambah lagi, jumlah toko yang mendapat suplai minyak goreng ini cukup terbatas di Banda Aceh, hanya beberapa yang memiliki NPWP, dengan nominal yang sudah ditentukan dan relatif sedikit dan terbatas.
Agusri juga menyampaikan, “Harga jual ecer minyak goreng yang disubsidi pemerintah berada di harga 14 ribu rupiah per liter dan 28 ribu per dua liter. Harga tersebut berbanding jauh dengan harga minyak goreng yang tanpa subsidi, dalam satu liter harga minyak goreng tersebut masih bertahan di harga 22 ribu rupiah per liter, dan 40–41 ribu rupiah per dua liter.”
Demi pemerataan pasokan ke toko-toko, dalam satu waktu, minyak goreng yang masuk hanya 30 dus per swalayan atau toko yang memiliki NPWP. Padahal, menurut Agusri, 100 dus saja masih sangat mudah menjualnya dalam waktu satu hari karena banyaknya permintaan masyarakat.
“Jika minyak goreng itu masuk jam delapan pagi, maka sebelum siang udah laku habis itu semua. Orang-orang udah pada ngantri duluan. Karna kapasitas yang terbatas, kami dan toko-toko lainnya membatasi jumlah pembelian setiap orang. Karna jika tidak, banyak yang borong, akhirnya ga semua orang kebagian,” ujar Agusri.
Menurut keterangan darinya pula, masyarakat rutin bertanya informasi jadwal pasokan minyak goreng subsidi ke toko dan swalayan. Saat mengetahui waktunya, mereka rela mengantri panjang untuk membeli satu-dua minyak goreng ini. Selain bertanya langsung ke sana, warga memperoleh informasi dari promosi yang dilakukan oleh toko dan swalayan tersebut.
Di Banda Aceh, toko dan swalayan yang menjual minyak goreng subsidi, di antaranya adalah Suzuya Mall, Indomaret, Alfamart, Alaska Mart, Nadia Mart, Permata Bunda Swalayan, dan swalayan lainnya yang memiliki izin usaha atau terdaftar di pajak.
Sebagai informasi, pada awalnya minyak goreng subsidi yang direncanakan oleh pemerintah hanya sebesar 200 juta liter per bulan, selama 6 bulan. Subsidi ini sendiri memakan anggaran sebesar 3,6 triliun rupiah. Namun, berdasarkan keputusan terbaru, Pemerintah resmi menambah jumlah subsidi ini menjadi 250 juta liter per bulan atau 1,5 miliar liter, selama 6 bulan. Peningkatan ini sekaligus diikuti dengan kenaikan alokasi anggaran menjadi 7,6 triliun rupiah.
Di antara hal lain yang melatari langka dan meroketnya harga minyak goreng adalah naiknya harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Selain itu, produsen minyak mentah ini yang notabenenya berbeda dengan produsen minyak goreng turunan lebih memilih mengekspor CPO sebab harganya di pasar global memuncak, daripada menjaga stabilitas alokasi CPO di dalam negeri sendiri sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Penulis: M. Haris Syahputra
Editor Substantif: Nauval Pally Taran
Editor Naskah: Teuku Zulman Sangga Buana