SAHIH.CO, Indonesia pernah mencatatkan namanya sebagai negara dengan jumlah start–up company atau perusahaan rintisan kelima terbanyak dunia pada 2019 silam. Namun demikian, Indonesia masih saja menjadi negeri dengan angka wirausahawan atau pengusaha yang terlampau rendah hingga kini.
Sejauh ini, Indonesia baru memiliki 3% pengusaha dari keseluruhan penduduknya. Angka tersebut memerosokkan kita jauh di bawah beberapa negara tetangga. Di antaranya, Singapura yang sudah memiliki 7% pengusaha dari keseluruhan populasi masyarakatnya dan Malaysia yang jumlah pengusahanya berada di angka 5% dari keseluruhan populasinya.
Masih rendahnya jumlah pengusaha di Indonesia dilatari oleh banyak hal. Berdasarkan studi yang tertuang dalam artikel “Nascent entrepreneurs of millennial generations in the emerging market of Indonesia”, di antara yang melatari fenomena ini adalah karena wirausahawan Indonesia masih memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah.
Dilansir dari conversation.com, studi analisis kuantitatif yang dilakukan pada lebih 500 wirausahawan pemula di Kalimantan Selatan, kultur Kalimantan menurut antropolog Clifford Geertz telah mewakili 70% budaya Indonesia, di mana milenial Indonesia cenderung menghindari perilaku berisiko, terbiasa menjauhi ketidakpastian, menekankan pada harmoni untuk menjaga relasi antarindividu, dan tidak terbuka pada hal-hal baru. Kecenderungan untuk bermain aman inilah yang menjadi batu ganjalan dan dinding menjulang bagi generasi milenial Indonesia untuk menjadi pengusaha atau terjun dala, dunia bisnis.
Di samping itu, perasaan malu ketika berhadapan pada kegagalan-kegagalan juga menyebabkan mereka cenderung memilih menghindari inovasi. Keadaan Ketergantungan terhadap atasan pun makin membuat generasi milenial Indonesia semata-mata berupaya untuk menyenangkan bosnya, hanya demi mengamankan posisi ekonomi sosial mereka yang sudah “baik”.
Hal-hal lain yang melatari minimnya jumlah pengusaha di Indonesia adalah sistem pendidikan kita yang tidak mendukung dan dimaksudkan untuk mencetak lulusan-lulusan yang mampu berwirausaha. Selain itu, mindset kebanyakan anak muda yang ingin sukses atau kaya secara instan, mudah, dan cepat. Begitu pula, terlalu ambisius dan kurang inovasi.
Melansir dari katadata.co.id, minimnya keterampilan menjadi alasan kuat dan sebab fundamental Indonesia sulit mencetak pengusaha. Dalam 100 individu berusia 15 tahun, Indonesia hanya memiliki 0,5 individu yang mempunyai keterampilan yang tinggi. Hal tersebut berbanding jauh dari Thailand yang memiliki 9,4 individu dan Korea Selatan yang memiliki 18,2 individu.
Hal lain yang melatari hal ini adalah kurikulum pendidikan kita yang masih saja berfokus pada keterampilan teknis. Metode belajar yang belum berbasis pada Science, Technology, Engineering, Arts dan Mathematics (STEAM) dan problem based learning. Begitu juga, para pelajar yang memang tidak dibiasakan untuk berpikir kritis, analitis, dan terbiasa memecahkan masalah.
Padahal, terciptanya banyak pengusaha sangat penting bagi Indonesia. Dengan banyaknya kewirausahaan, lapangan pekerjaan yang terbuka juga akan sangat luas, yang seiring dengannya akan menyerap banyak tenaga kerja. Dengan meningkatnya jumlah pengusaha, secara simultan akan meningkatkan pendapatan negara melalui pajak serta mendorong inovasi dan kemandirian anggota masyarakat, bahkan berperan penting sebagai indikator keunggulan dan daya saing suatu bangsa.
Penulis: M. Haris Syahputra
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana