Konflik Ukraina-Rusia telah memperlihatkan kemunafikan internasional bagi siapa saja yang berani menelaah. Di antara banyak tindakan munafik seperti itu, saya telah memilih contoh berikut.
Pertama adalah kemunafikan PBB. Pada tahun 2003, AS menginvasi Irak tanpa izin PBB. Tidak ada kecaman Dewan Keamanan karena hak veto Amerika. Juga tidak ada sanksi kolektif yang dijatuhkan oleh negara-negara di seluruh dunia sebagai akibat dari agresi Amerika.
Pada tahun 2014, Rusia menginvasi Krimea di Ukraina tanpa izin PBB. Sekali lagi, tidak ada kecaman Dewan Keamanan, kali ini karena hak veto Rusia. Namun, ada sanksi Amerika dan Eropa yang dikenakan pada Federasi Rusia (ini berada di bawah kemunafikan AS dan Eropa).
Kedua adalah kemunafikan Rusia. Di Suriah, Moskow datang membantu Bashar Al-Assad untuk menyelamatkannya dari rakyatnya sendiri, yang telah dibom, dipenjarakan, dibuat tunawisma, dan umumnya dianiaya. Sekarang, Rusia telah menginvasi Ukraina untuk menyelamatkan rakyatnya, yang diklaim Moskow (mereka) dianiaya, kehilangan tempat tinggal, dipenjara, dan dibom oleh Volodymyr Zelensky.
Ketiga adalah kemunafikan AS, Uni Eropa (UE), dan negara-negara lain. Pada tahun 1967, Israel menginvasi tiga negara Arab, setelah itu Resolusi 242 dan 338 Dewan Keamanan PBB menuntut agar Israel menarik diri dari wilayah-wilayah ini berdasarkan prinsip tidak dapat diterimanya perolehan wilayah melalui perang. Namun, Israel tidak hanya tidak mematuhi prinsip itu, tetapi juga telah menyatakan bagian dari wilayah tersebut sebagai bagian dari Israel dan sedang dalam proses mencuri tanah Palestina sepotong demi sepotong. Belum ada sanksi AS, Uni Eropa, atau lainnya yang dikenakan pada Israel.
Namun, AS, Uni Eropa, dan negara-negara lain telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia karena menginvasi Ukraina. Jika dunia ingin kita memihak satu atau lain cara, mereka tidak boleh munafik dalam menghadapi konflik semacam itu. Sudah waktunya untuk mematuhi prinsip-prinsip Piagam PBB dan meninggalkan standar ganda serta kemunafikan negara-negara besar.
Penulis: Pangeran Turki Al-Faisal
Ia menjabat sebagai Kepala Direktorat Intelijen Umum (GID)—dinas intelijen asing utama Arab Saudi—dari 1977 hingga 2001. Ia diangkat sebagai Duta Besar Arab Saudi untuk Inggris pada Oktober 2002.
Penerjemah: Muhajir Julizar
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana
Sumber: Arab News