Begitulah waktu, bagi sebagian orang ia berlalu begitu cepat. Seolah-olah Ramadan kemarin baru saja usai. Namun, tanpa terasa, kita sudah berada di penghujung Syakban, tinggal menghitung hari untuk tiba pada awal Ramadan tahun ini.
Bagi banyak muslim, ia begitu istimewa dan spesial dengan ragam privilese yang Allah berikan padanya. Oleh sebab itu, tak heran jika ada banyak muslim yang menyambut kedatangan bulan ini dengan penuh persiapan.
Orang-orang menyambut kedatangannya dengan beragam cara. Perbedaan cara menyambut itu seolah menunjukkan tingkat keistimewaan bulan kesembilan dalam tahun Hijriah tersebut bagi mereka.
Ada yang menangis haru, bersyukur sebab Allah panjangkan usianya serta dipertemukan kembali dengan bulan suci ini. Ia terkenang akan karib kerabatnya yang tak Allah beri kesempatan pada Ramadan kali ini.
Ada juga yang menyambutnya dengan tidak melakukan apa-apa. Bagi mereka, ia hanyalah bulan yang harus dilewati, sama seperti bulan-bulan lainnya. Agaknya, ini adalah tipe kebanyakan manusia.
Rasulullah dan Para Sahabat dalam Menyambut Ramadan
Sebenarnya, tradisi menyambut bulan Al-Qur’an ini telah diwariskan lintas generasi, sejak zaman Rasulullah, generasi salaf, hingga kini. Meskipun begitu, sebagian masyarakat muslim saat ini seakan-akan lupa bagaimana sepatutnya menyambut Ramadan sehingga tak sedikit dari mereka terluput dari persiapan lain yang lebih penting.
Rasulullah adalah tokoh utama dalam teladan dan kebaikan. Tidak ada yang lebih layak dicontoh selain beliau. Sebagai ancang-ancang dalam menyambut Ramadan, Rasulullah melakukan banyak puasa di bulan Syakban. Perilaku beliau seolah mengatakan perlunya persiapan sebelum memasuki bulan Ramadan dan memperbanyak puasa sunnah pada bulan Syakban adalah salah satunya.
Ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan kepada kita bagaimana banyaknya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada Sya’ban. Dalam redaksi hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ibunda Aisyah menuturkan, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebanyak puasa yang beliau lakukan pada bulan Sya’ban, di dalamnya beliau berpuasa sebulan penuh.”
Selain memperbanyak puasa sunnah pada Syakban, berdoa juga merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan. Ibnu Rajab telah mencatat sebuah riwayat dalam Lathaif al-Ma’arif yang menyebutkan bahwa para salaf telah melangitkan doa enam bulan sebelum Ramadan tiba agar Allah pertemukan mereka bulan yang mulia ini.
Jika Rasulullah dan para sahabat saja melakukan persiapan, sudah seharusnya kita pun mempersiapkan diri dalam menyambut bulan Ramadan, karena sungguh merugi kita jika menyambutnya tanpa persiapan khusus atau sama saja dengan menyambut bulan-bulan lainnya.
Padahal, sudah jelas bagi kita bahwa di dalam bulan tersebut ada kebaikan seluruhnya dan terdapat malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Akhirnya, marilah senantiasa memanjatkan doa agar Allah sampaikan kita menuju Ramadan, penghulu segala bulan.
Penulis: Misbahul
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana