Apa kesamaan Jeff Bezos, pria yang disebut sebagai ‘orang terkaya dalam sejarah modern’ dengan pengusaha Israel kelahiran Rusia, Yuri Milner, salah satu investor teknologi informasi paling berpengaruh, selain sebagai raksasa teknologi yang sangat kaya?
Jawabannya adalah, keengganan untuk mati.
Pendiri Amazon dan saingan favorit Elon Musk, Jeff Bezos, sedang mengumpulkan tim ilmuwan top untuk membantu mewujudkan impiannya mengembangkan teknologi keabadian.
Miliarder itu menyalurkan uangnya ke startup anti-penuaan yang dijuluki Altos Labs, yang sebelumnya diluncurkan pada hari Rabu, 19 Januari 2022.
Bezos bukan satu-satunya investor kaya yang membantu mendanai Altos Labs. Miliarder Rusia-Israel, Yuri Milner, juga membantu mengembangkan teknologi anti-penuaan.
Dalam mengejar tujuan yang mustahil ini, duo ini telah menggelontorkan miliaran dolar untuk Altos Labs, sebuah perusahaan bioteknologi yang berfokus pada pembuatan terobosan dalam pemrograman ulang dan peremajaan seluler, dengan harapan dapat membuka kunci obat untuk kematian. Perusahaan ini baru saja disusun dan telah menerima anggaran awal sebesar $3 miliar.
Selain hibah murah hati yang mencurigakan ini, para miliarder dengan kantong mereka yang melimpah juga telah merekrut beberapa nama paling terkenal di bidang ini untuk memenuhi fantasi mereka yang tak terjangkau. Ilmuwan seperti Juan Carlos Izpisúa Belmonte (dikenal karena pekerjaannya dalam peremajaan melalui pemrograman ulang), Steve Horvath (dikenal karena bekerja dalam jam penuaan epigenetik), dan Shinya Yamanaka (pemenang Hadiah Nobel, penemu pemrograman ulang seluler dalam sel mamalia) semuanya telah diburu untuk bekerja di perusahaan ini.
Meskipun Altos Labs mengatakan bahwa mereka tidak fokus dalam menyembuhkan kematian, melainkan berfokus pada penyakit aktual lainnya seperti kanker, cukup jelas bahwa ini (menyembuhkan kematian) adalah rencana jangka panjang mereka. Sama seperti implan Neuralink Elon Musk dimulai dengan tujuan memungkinkan pasien yang terbaring di tempat tidur karena cedera tulang belakang untuk berjalan lagi, hanya untuk kemudian mengumumkan niat jelas mereka untuk mengubah ini menjadi produk yang menguntungkan untuk digunakan pada orang yang sangat sehat.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah, mengapa? Mengapa para elit kaya ini menghabiskan begitu banyak kekayaan dan upaya mereka untuk melawan kematian, suatu tujuan yang normal, dan terlebih lagi, tak terhindarkan bagi semua manusia?
Baik miliarder Musk dan Bezos telah mencapai usia akhir lima puluhan. Dan setelah kehidupan yang penuh dengan dosa, penipuan, dan eksploitasi orang lain seperti produk yang diproduksi oleh perusahaan besar mereka, mereka menyadari kebenaran yang mengerikan. Setelah beberapa dekade mengumpulkan kekayaan melalui perhitungan dingin, dan membentuk timbunan emas global yang mereka duduki, kekhawatiran yang begitu mengkhawatirkan akhirnya merasuki pikiran mereka.
“Apa sekarang? Setelah semua ketenaran, kemuliaan, dan kekayaan itu, apa selanjutnya?”
Dan jawabannya adalah kematian. Itu mengganggu mereka bahwa hasil fisik yang menunggu mereka setelah kehidupan glamor seperti itu sama dengan orang lain. Dan sebagai nabi agama modernisme, pemikiran tentang berakhirnya kemenangan sementara itu membuat mereka takut. Setelah hidup memuja ambisi mereka dan melahirkan generasi yang memuja mereka, kini mereka harus kembali kepada yang seharusnya mereka sembah, Allah, pencipta mereka.
Baca juga: Mati dan Hal-Hal yang Belum dan Tiada Terkira
Akan tetapi, sama seperti setiap prinsip liberalisme dan modernisme, kejenakaan mereka baru-baru ini adalah penentangan langsung terhadap Allah. Muslim di seluruh dunia sangat akrab dengan ayat berikut:
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran: 185).
Kehidupan dunia inilah tepatnya yang telah mereka sia-siakan sepanjang hidup mereka. Dan sekarang setelah mereka mencapai usia ketika selubung kenikmatan ilusi ini diangkat, kenyataan tiba-tiba menyusul mereka. Dan bukannya menghadapi nasib mereka tanpa rasa takut seperti seorang Muslim yang beriman, mereka mencoba lari darinya seperti pengecut. Mereka berusaha mati-matian untuk mengubah apa yang tidak dapat diubah. Khawatir akan akhir yang tak terelakkan dari hal yang tak tertaklukkan ini, mereka terpaksa mencoba untuk mengubah apa yang telah ditulis oleh Allah Yang Maha Tahu, dan dengan melakukan itu, mereka berpura-pura menjadi dewa.
Kisah para tiran yang menyedihkan bermain sebagai Tuhan, bersenang-senang dengan kesenangan duniawi, benar-benar kecewa dari kenyataan saat kematian tiba dan tiba-tiba menghancurkan delusi ini. Ini adalah salah satu hal yang sering Allah peringatkan kepada kita. Coba renungkan kembali kisah keangkuhan Fir’aun. Apakah tindakan oligarki modern tidak mirip dengan itu?
“Jika Allah segera menghukum setiap orang karena kesalahan mereka, Dia tidak akan meninggalkan satu pun makhluk hidup di bumi. Tetapi Dia menunda mereka untuk jangka waktu yang ditentukan. Dan ketika waktunya tiba, mereka tidak dapat menundanya, juga tidak dapat memajukannya sesaat pun.” (QS. An-Nahl: 61).
Penerjemah: Muhajir Julizar
Editor: Arif Rinaldi
Sumber: Muslim Skeptic