SAHIH.CO, SUMBA TIMUR – Pada Kamis, 2 Juni 2022, Presiden Joko Widodo melakukan panen perdana sorgum di Desa Palakahembi, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kunjungan kerja Presiden Jokowi sejak 31 Mei lalu di NTT.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengungkapkan bahwa sorgum bisa menjadi alternatif makanan pokok bagi masyarakat Indonesia selain beras dan jagung.
“Kita ingin banyak alternatif-alternatif, banyak pilihan-pilihan yang bisa kita kerjakan di negara kita, diversifikasi pangan, alternatif-alternatif bahan pangan, tidak hanya tergantung pada beras karena kita memiliki jagung, memiliki sagu, dan juga sebetulnya tanaman lama kita yang ketiga adalah sorgum,” kata Presiden Jokowi.
Adanya alternatif makanan ini sangat penting di tengah melonjaknya harga pangan dunia dan juga sebagai langkah preventif dalam menghadapi krisis pangan yang akan terjadi sebagaimana peringatan yang disampaikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Sekarang sudah kelihatan, sekarang ini harga-harga pangan dunia semuanya naik. Oleh sebab itu harus ada rencana besar, plan negara kita menghadapi ancaman krisis pangan itu,” tambah Jokowi.
Presiden Jokowi menilai sorgum dapat menjadi pangan alternatif disebabkan suksesnya penanaman di Sumba Timur, bahkan panennya cukup besar. Di samping itu, ia juga menilai pertanian sorgum dapat menyerap banyak tenaga kerja.
“Sudah dicoba di Kabupaten Sumba Timur, seluas 60 hektare, kita lihat sendiri hasilnya sangat baik. Secara keekonomian juga masuk, bisa merekrut banyak sekali SDM tenaga kerja kita. Dan hasilnya per hektare per tahun bersih kurang lebih Rp50-an juta, ini juga sangat bagus. Artinya kalau dibagi 12, per bulan mencapai kurang lebih 4 jutaan, ini kan juga sebuah hasil yang tidak kecil,” katanya.
Kedepannya, Presiden Jokowi berencana untuk memperluas lahan pertanian Sorgum di NTT sebagai pangan alternatif selain beras dan jagung. Bahkan, jika kecukupan dalam negeri terpenuhi, bukan tidak mungkin sorgum akan diekspor sehingga dapat menambah devisa negara.
“Kita ingin setelah dari uji coba ini, kendalanya apa sudah ketemu, problemnya apa sudah ketemu, kita akan perbesar tanaman sorgum ini di Provinsi NTT, dengan harapan kita miliki alternatif pangan dalam rangka menghadapi krisis pangan dunia. Kalau kita ada berlebih, ada stok, ya, ga papa, justru ini yang ingin kita ekspor dan akan menghasilkan devisa bagi negara,” pungkasnya.
Pewarta: Misbahul
Editor: Nauval Pally Taran