SAHIH.CO – Belum selesai dengan permasalahan plastik, kini hadir lagi sampah abadi, yaitu Styrofoam. Sadarkah kita, jika hampir setiap hari kita menjadi penyumbang sampah abadi bagi bumi?
Setiap hari, styrofoam sangat lekat dengan budaya jajanan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Apa pun jenis jajanannya, styrofoam kerap digunakan sebagai kemasan.
Sama seperti pendahulunya, plastik, styrofoam juga tidak kalah berbahaya. Bahkan tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga berdampak buruk terhadap kesehatan.
“Saat ini styrofoam mudah sekali digunakan, ada di mana-mana. Sayangnya, ini adalah jenis sampah yang sulit dihancurkan. Bisa dibilang ini adalah jenis sampah abadi,” kata Co-Founder The Antheia Project, Ruhani Nitiyudo dalam konferensi pers yang digelar di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dilansir dari CNN Indonesia.
Merujuk pada laporan Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang saat ini berganti nama menjadi BRIN, pada 2018 lalu sebanyak 0,59 juta ton sampah masuk ke laut. Di mana sebagian besar sampah tersebut adalah styrofoam.
Styrofoam adalah jenis sampah yang sulit terurai. Dalam pembuatan Styrofoam digunakan bahan seperti chlorofluorocarbons atau CFC.
CFC atau yang lebih dikenal dengan sebutan freon bisa merusak lapisan ozon. Artinya, saat berusaha diuraikan dengan teknologi pun styrofoam ini tetap merusak lingkungan. Di samping biaya untuk menguraikannya pun tergolong mahal.
Untuk satu buah styrofoam, setidaknya perlu waktu sekitar 1 juta tahun lebih agar benar-benar terurai secara alami. Karena sulit terurai, sampah-sampah ini akan menumpuk dan merusak lingkungan, dari awal hingga akhir.
“Styrofoam yang sudah berumur satu juta tahun pun tetap tak bisa terurai sempurna, dia akan berubah menjadi mikroplastik dan tetap mencemari lingkungan,” tambah Ruhani.
Styrofoam mengandung bahan kimia berbahaya. Bahkan zat yang ada di styrofoam ini bisa memicu penyakit bahaya, salah satunya adalah kanker.
“Kaitannya dengan konteks kesehatan, memang styrofoam ini ada dan cukup berbahaya dampaknya untuk kesehatan,” kata pejabat fungsional Ahli Madya Direktorat Pengurangan Sampah Ditjen PSLB3-KLHK, Asep Setiawan, dalam konferensi pers yang digelar di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Walau memudahkan kehidupan, tapi benda ini sangat berbahaya untuk kesehatan. Menukil laman Cehn, lebih dari lima puluh zat kimia dilepaskan selama pembuatan benda ini. Bahan-bahan kimia itu bisa mencemari udara, air, dan masyarakat yang tinggal di dekat fasilitas pembuatannya.
Polystyrene atau styrofoam terdiri dari beberapa unit styrene. Styrene ini diyakini sebagai karsinogen penyebab kanker oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan dan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker.
Paparannya dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, saluran pernapasan bagian atas, dan saluran pencernaan. Paparan kronis bahkan bisa menghasilkan efek yang lebih parah termasuk depresi, sakit kepala, kelelahan, kelemahan, gangguan pendengaran, dan gangguan fungsi ginjal.
Dan karena sulit diurai, terkadang pembuangan dilakukan dengan cara dibakar. Namun, pembakaran polistirena melepaskan gas stirena ke udara dan menghasilkan campuran racun yang dapat mengganggu sistem saraf.
Penulis: M. Haris Syahputra
Editor: Nauval Pally Taran