SAHIH.CO, BANDA ACEH – Dalam rangka memperingati satu tahun perjalanan komunitas literasi Aceh Book Party, sebuah diskusi inspiratif digelar di Urban Tea House and Cafe pada 23 Februari 2025 lalu dengan menghadirkan Kak Raihan Lubis, Co-Founder Sophie’s Sunset Library, sebagai pemantik diskusi. Mengusung tema “Membaca Masa Depan dengan Membaca”, kegiatan ini menjadi momentum refleksi akan pentingnya literasi dalam membentuk karakter dan wawasan masyarakat.
Antusiasme peserta di luar dugaan. Awalnya, jumlah peserta yang akan hadir diperkirakan hanya sekitar 20 orang, mengingat keterbatasan tempat. Namun, kenyataannya lebih dari 30 peserta hadir untuk menyimak diskusi ini, bahkan beberapa di antaranya harus mendengarkan dari luar ruangan. Hal ini menunjukkan bahwa minat terhadap literasi masih sangat tinggi di kalangan masyarakat.
Nurul Izzah, penggagas Aceh Book Party, menekankan bahwa menggerakkan literasi sejatinya hanya membutuhkan semangat dan tekad. “Kita tidak perlu menunggu fasilitas sempurna untuk mulai membaca dan berbagi. Semangat dan komitmen adalah kunci utama,” ujarnya.
Sementara itu, Kak Raihan Lubis menyampaikan bahwa membaca bukan sekadar aktivitas kognitif, melainkan juga sarana menumbuhkan rasa, karsa, dan karya. Ia mencontohkan Thaib Adamy, seorang penulis terdahulu, yang meninggalkan warisan pemikiran melalui tulisan-tulisannya yang kemudian diterbitkan oleh keturunannya. Menurutnya, jurnaling harian bisa menjadi langkah awal seseorang dalam membangun rekam jejak intelektual yang dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Aceh Book Party, Wadah bagi Pencinta Buku
Bagi mereka yang mencari komunitas untuk menyalurkan kecintaan terhadap membaca, Aceh Book Party adalah pilihan yang tepat. Di tengah banyaknya komunitas literasi di Aceh, Aceh Book Party hadir sebagai salah satu yang aktif dan terbuka bagi siapa saja yang ingin berbagi wawasan melalui buku.
Komunitas ini rutin mengadakan pertemuan setiap hari Minggu pukul 09.30—12.00 WIB yang dimulai dengan membaca senyap (silent reading) selama 15—30 menit. Lalu, kegiatan dilanjutkan dengan sesi berbagi buku dan diskusi.
Aceh Book Party bergerak secara mandiri tanpa anggaran tetap. Setiap kegiatan didanai oleh patungan para pengurus dan anggota. “Kami ingin berbuat untuk orang banyak. Sebagai bagian dari lingkungan, kami merasa bertanggung jawab untuk ikut serta dalam pengembangan literasi,” ujar Ruhay, salah seorang pengurus komunitas.
Ia juga menambahkan, “Kalau kita masih bisa melihat anak muda berkumpul, sedangkan buku ada di tengah-tengah mereka, barangkali masa depan masih bisa diselamatkan.”
Dengan adanya Aceh Book Party, diharapkan literasi di Aceh dapat makin berkembang. Semoga inisiatif seperti ini dapat dilihat dan ditiru oleh berbagai pihak sehingga semangat membaca makin meluas dan memberi manfaat bagi masyarakat banyak.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi @acehbookparty (Instagram) atau hubungi acehbookparty021824@gmail.com (pos-el).
Reporter: Misbahul
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana