Saya beruntung bisa memainkan peran kecil dalam sebuah studi baru, yang baru saja diterbitkan dalam jurnal Advances in Atmospheric Sciences, yang menunjukkan bahwa Bumi memecahkan rekor panas lainnya tahun lalu. Dua puluh tiga ilmuwan dari seluruh dunia bekerja sama untuk menganalisis ribuan pengukuran suhu yang dilakukan di seluruh lautan dunia. Pengukuran, yang dilakukan setidaknya di kedalaman 2.000 meter (sekitar 6.500 kaki) dan tersebar di seluruh dunia, melukiskan gambaran yang jelas: bumi sedang memanas, manusia adalah pelakunya, dan pemanasan akan berlanjut tanpa batas sampai kita bersama-sama mengambil tindakan untuk mengurangi gas emisi rumah kaca.
Kami menggunakan pengukuran dari lautan karena ia menyerap sebagian besar panas yang berhubungan dengan pemanasan global. Faktanya, lebih dari 90% panas dari pemanasan global berakhir di lautan. Saya senang mengatakan bahwa “pemanasan global benar-benar pemanasan laut”. Jika Anda ingin tahu seberapa cepat perubahan iklim terjadi, jawabannya ada di lautan.
Namun, penelitian ini bukan hanya latihan akademis. Ini memiliki konsekuensi yang luar biasa bagi masyarakat dan keanekaragaman hayati di planet ini. Saat lautan menghangat, ia mengancam kehidupan laut dan banyak rantai makanan yang berasal dari laut. Air laut yang lebih hangat membuat badai lebih parah. Topan dan badai menjadi lebih kuat; hujan turun lebih deras, yang meningkatkan banjir; gelombang badai lebih berbahaya; dan naiknya permukaan laut (salah satu penyebab utama naiknya permukaan laut adalah ekspansi air saat memanas).
Berapa banyak lautan dunia yang menghangat pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya? Nah, data kami menunjukkan bahwa lautan mengalami panas sekitar 14 zettajoule (satu zettajoule adalah 1.000.000.000.000.000.000.000 joule energi). Ini adalah angka yang membingungkan maka menggunakan analogi mungkin akan membantu. Ini setara dengan 440 miliar pemanggang roti yang beroperasi 24 jam sehari, setiap hari sepanjang tahun. Cara lain untuk memahami hal ini adalah bahwa lautan telah menyerap panas yang setara dengan tujuh bom atom Hiroshima yang meledak setiap detik, 24 jam sehari, 365 hari setahun. Saya telah mengeplot panas lautan, diukur sejak akhir 1950-an, dan kenaikan yang jelas dan terus-menerus selama tiga hingga empat dekade terakhir adalah bukti yang tidak salah lagi tentang Bumi yang tidak seimbang.
Baca juga: Bencana Iklim: Dunia Menghadapi Kenaikan Suhu 2,7 Derajat Celsius
Lautan sangat luas, dan Anda memerlukan banyak pengukuran yang tersebar di seluruh planet ini untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang apa yang terjadi pada lautan secara keseluruhan. Penelitian ini menggunakan sensor suhu berteknologi tinggi pada pelampung otonom yang naik dan turun di perairan laut saat melakukan pengukuran. Sensor ini kemudian mengirimkan data ke laboratorium di seluruh dunia untuk dianalisis. Selain itu, kami menerapkan sensor suhu berkualitas tinggi dari kapal, suhu dari pelampung stasioner, dan bahkan sensor yang diikat ke hewan sehingga kami dapat mengukur suhu dari air yang mereka lalui. Penelitian kami dimungkinkan oleh ribuan peneliti lapangan yang memperoleh dan memproses data mentah. Tanpa kontribusi mereka, studi seperti ini tidak akan mungkin terjadi.
Kami menemukan bahwa suhu tidak naik secara merata di seluruh planet. Kami menemukan pemanasan tercepat di Samudra Atlantik, Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik utara. Dalam pekerjaan kami, kami juga mengeksplorasi pertanyaan mengapa pola ini muncul seperti itu. Dengan menggunakan simulasi model iklim, kami secara langsung mengaitkan berbagai fitur laut dengan emisi manusia dari polusi industri dan gas rumah kaca. Temuan ini menunjukkan bahwa pola serupa kemungkinan akan bertahan hingga beberapa dekade mendatang.
Informasi yang kami gunakan sangat penting untuk memahami planet ini. Bisa dikatakan kami mengukur suhu Bumi—dan panas Bumi makin parah.
Saya bertanya kepada rekan saya Alexey Mishonov, seorang ilmuwan peneliti di University of Maryland, tentang implikasi dari temuan ini. “Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pemanasan laut secara ekstensif menembus lapisan laut yang lebih dalam,” kata Dr. Mishonov. “Peningkatan kandungan panas laut yang dihasilkan tidak dapat dinilai secara memadai tanpa pengukuran nyata. Kami perlu melanjutkan misi lapangan kami dan mengumpulkan data ini.”
Resolusi tahun baru saya adalah membantu planet ini menjadi lebih dingin. Di sini makin panas dan tidak ada tanda-tanda akan berubah dalam waktu dekat. Secara kolektif, kita tentu memiliki teknologi untuk mengurangi gas rumah kaca, tetapi kita tidak pernah benar-benar menunjukkan keinginan itu.
Penulis: John Abraham
Ia adalah Profesor Ilmu Termal di Universitas St Thomas di Minnesota.
Penerjemah: Muhajir Julizar
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana
Sumber: Guardian