Masifnya pemberitaan-pemberitaan miring yang berujung pada stigma terhadap Islam dan umat Islam oleh berbagai media, baik media lokal maupun media internasional telah mendorong umat Islam di berbagai belahan dunia mendirikan media sendiri. Karena itu, pelbagai media pun lahir dalam wujud cetak, daring, ataupun perpaduan keduanya.
Akan tetapi, kehadiran media-media tersebut masih menyisakan dua persoalan utama. Pertama, nyaris tidak memiliki perbedaan nilai dengan media-media yang sudah ada sehingga menimbulkan persoalan baru. Dengan kata lain, tidak begitu dapat diharapkan untuk menjawab kebutuhan umat Islam.
Kedua, kehadirannya justru kontraproduktif terhadap citra Islam dan umat Islam, bahkan bagi masyarakat ramai. Kenyataan ini terjadi karena kerja-kerja jurnalistik yang dilakukan sangat partisan dan kerap kali menabrak norma-norma keislaman dan kaidah-kaidah jurnalistik.
Aktivitas jurnalisme yang demikian sungguh bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dalam penyampaian informasi, seperti verifikasi berita dan kehati-hatian dalam penyampaian berita. Misalnya, sebagaimana pernah tecermin dengan begitu jelas dalam praktik-praktik periwayatan hadis selama berabad-abad (dengan metode isnad).
Hal itu relevan sekali jika diterapkan dalam kerja jurnalistik. Sebab itu, media-media Islam seharusnya dapat menunjukkan aktivitas jurnalisme yang lebih unggul. Atas dasar dan keyakinan itulah sahih.co hadir.
Pemilihan nama sahih dan slogan menceritakan kebenaran menggambarkan kehendak kami untuk menyajikan jurnalisme yang sahih atau jurnalisme berdasarkan kebenaran—yang dikenal dengan istilah jurnalisme presisi. Jurnalisme seperti itulah yang diperlukan, bukan hanya oleh kaum muslim, melainkan juga oleh publik luas.
Salam,
Redaksi sahih.co